BERWISATA SEHAT DI PEMANDIAN AIR PANAS BAYANAN

>> Senin, 24 Agustus 2009



Gejala-gejala alam seperti terjadinya gempa bumi, munculnya sumber air panas, munculnya gas beracun, dan kandungan berbagai bahan mineral banyak ditemukan di daerah vulkanis, seperti di Indonesia maupun di negara lain yang dilalui deretan gunung berapi (Mediterania). Walaupun demikian, Kabupaten Sragen yang berada jauh dari jalur gunung berapi memiliki sumber air panas alam yang keluar dari dalam bumi dan berada dua meter di atas sungai yang terletak di sebelahnya. Sumber air panas tersebut terdapat di Dusun Bayanan, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen.

Air panas yang berada di Bayanan ini memiliki keistimewaan yang membedakannya dengan sumber air panas di daerah lain. Keistimewaan tersebut antara lain : Sumber air panas tersebut berasal dari dalam bumi namun tidak bocor atau mengalir ke sungai yang berada tepat dua meter di atasnya. Apabila pengunjung mandi pada pagi, sore, atau malam hari; suhu air bertambah panas sehingga keringat banyak keluar. Tetapi sebaliknya, apabila pengunjung mandi pada siang hari; suhu air menurun sehingga keringat tidak banyak keluar.



Pemandian Air Panas Bayanan merupakan salah satu daerah tujuan wisata minat khusus yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen, dalam hal ini adalah untuk wisata kesehatan (health tourism) yang dipadukan dengan daya tarik wisata alam atau ekowisata.

Menurut cerita yang berkembang di tengah masyarakat, air panas Bayanan dianggap memiliki banyak khasiat dalam menyembuhkan berbagai penyakit, seperti: rematik, gatal-gatal, dan penyakit lainnya. Sehingga oleh orang terdahulu sumber air panas itu dinamakan “Hyang Tirto Nirmolo”. Ternyata banyak orang yang mengaku telah merasakan khasiat air tersebut sehingga menyebabkan semakin banyak pengunjung yang berdatangan untuk membuktikan sendiri khasiatnya. Selain bisa menyembuhkan berbagai penyakit di atas, air panas tersebut dipercaya juga bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah, memulihkan kebugaran tubuh, meningkatkan vitalitas tubuh, memelihara kesegaran sendi–sendi dan otot, menghilangkan capek-capek, dan membuat awet muda.

Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan aktivitas olahraga. Kawasan PAP Bayanan merupakan tempat yang tepat untuk melakukan beberapa aktivitas olahraga, dari olahraga ringan yang menyenangkan misalnya berenang atau berjalan-jalan (trekking) sampai olahraga yang penuh tantangan dan memacu adrenalin misalnya outbound mengingat topografi kawasan Bayanan yang berbukit-bukit sangat cocok untuk olahraga tersebut. Aktivitas outbound telah banyak diadakan di kawasan Bayanan ini baik oleh instansi pemerintah, swasta, maupun masyarakat umum. Untuk menambah variasi dalam aktivitas outbound; PAP Bayanan juga telah dilengkapi dengan fasilitas flying fox, torch ball, dan elvis bridge. Di samping outbound, aktivitas perkemahan juga sering diadakan di kawasan ini.

Selain sebagai wisata kesehatan karena khasiat yang dimiliki oleh air panas ini dalam menyembuhkan berbagai penyakit, Pemandian Air Panas Bayanan juga memiliki daya tarik wisata alam (ekowisata). Suasana alam pedesaan yang masih alami dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin melepaskan diri dari kepenatan dan kesibukan untuk sementara waktu dan merindukan ketenangan. Pada saat-saat tertentu, misalnya menjelang Bulan Puasa dan Lebaran, di objek wisata ini sering diselenggarakan kegiatan seni budaya, misalnya pentas dangdut maupun campursari.

Sejarah Air Panas Bayanan
Kurang lebih 100 tahun setelah kedatangan bangsa Belanda di Indonesia, banyak masyarakat di lereng Gunung Lawu bagian utara yang merasa terperas dan tersiksa, karena sebagian besar hasil pertanian mereka harus diserahkan kepada Belanda. Terlebih lagi daerah ini banyak menghasilkan beraneka ragam hasil pertanian yang banyak dibutuhkan oleh Belanda. Banyak kaum penjajah yang datang dan memaksa masyarakat untuk menyerahkan hasil pertanian pada mereka.Oleh karena itu, sebagian masyarakat yang mendiami daerah datar (ngare) menyingkirkan diri ke daerah perbukitan agar selamat atau terhindar dari kejaraan para penjajah. Orang-orang itu kemudian mencari tempat tinggal yang aman, yaitu daerah perbukitan yang tanahnya subur dan dikelilingi oleh tebing / bukit. Mereka yang bermukim di daerah itu berjumlah sekitar tiga sampai tujuh keluarga.



Pada waktu itu daerah tersebut belum bisa disebut sebagai desa karena jumlah penduduknya masih sedikit. Mata pencaharian para penghuninya adalah bercocok tanam dan beternak kerbau karena di daerah itu terdapat banyak kubangan air yang disukai kerbau. Daerah itu tepatnya terletak di sebelah barat laut Gunung Lawu, masih berupa hutan belantara, serta sulit dijangkau manusia. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, orang-orang tersebut bertani dan mengumpulkan hasil hutan. Sedangkan anak-anak membantu para orang tua dengan menggembalakan kerbau di sekitar daerah itu.Ada beberapa keanehan yang dijumpai anak-anak saat mereka menggembalakan kerbau, yaitu kerbau-kerbau tersebut selalu berkubang (gupak – Jawa) di tempat yang sama padahal di tempat lain juga terdapat kubangan air. Setiap kali digembalakan di tempat lain, kerbau mereka selalu menghilang dan setelah dicari pasti sedang berkubang di rawa kecil (embak) yang sama tadi. Meskipun demikian, para penggembala tidak berani mendekat karena lumpur embak tersebut agak dalam dan dikelilingi oleh hutan yang lebat. Maka untuk mengeluarkan kerbau dari tempat itu, mereka harus melemparinya dengan batu dari atas bukit di sebelah timurnya.

Pada waktu-waktu tertentu kerbau mereka sulit dikeluarkan dari kubangan, misalnya waktu udara sangat dingin dan hujan, maka dengan terpaksa para gembala memberanikan diri mendekati kerbau mereka. Ketika mereka menginjakkan kaki di kubangan tersebut, mereka terkejut karena ternyata airnya panas. Setibanya di rumah, anak-anak tersebut menceritakan keanehan yang baru saja mereka temukan kepada orang tuanya yang bernama Pak Kasan. Kemudian Pak Kasan pergi untuk membuktikan kebenaran cerita anak-anaknya, ternyata airnya betul-betul panas. Pak Kasan pun menceritakan hal tersebut pada teman–temannya. Kemudian mereka membuat sendang (belik) untuk menampung air panas itu. Karena untuk menjangkau tempat itu sangat sulit maka dibuatlah jembatan kecil dari bambu dan kayu. Salah seorang penghuni kemudian melaporkan hal itu kepada Bekel (Lurah – sekarang) yang tinggal jauh dari pemukiman mereka. Dan sejak saat itulah baru diketahui bahwa daerah terpencil itu ditinggali oleh sekelompok orang. Setelah menerima laporan, Bekel/Lurah tersebut kemudian meneruskannya pada orang Belanda yang menguasai pabrik di daerah Pacet pada sekitar tahun 1808 Masehi yang bernama Tuan Praul. Ia adalah seorang pengusaha perkebunan kopi dan serat nanas, selain itu ia juga mendirikan pabrik penggilingan kopi di Pacet yang sekarang menjadi Desa Sambi, Kecamatan Sambirejo.

Mendengar laporan itu, Tuan Praul tertarik dan ingin melihat dari dekat, mungkin saja di daerah tersebut terkandung zat tertentu yang bisa bermanfaat untuk kepentingan Belanda. Maka Tuan Praul mengerahkan buruhnya untuk membuat jalan setapak menuju embak. Ketika ia sedang meninjau embak itu, salah seorang penghuni mendekat dan berkata padanya, “Tuan, saya bermimpi yang seolah – olah nyata terjadi. Dalam mimpi tersebut, saya mendapat pesan (penget) supaya embak ini diberi tumbal sebuah gong yang berasal dari daerah Ponorogo yang namanya Kyai Bayan”. Lalu Tuan Praul berkata, “Jika kamu benar, coba cari gong itu ke Ponorogo, tanyakan siapa yang memiliki Kyai Bayan”.Kemudian berangkatlah orang itu untuk mencari gong yang dimaksud.

Setelah sampai di Ponorogo, ia menelusuri desa – desa sambil bertanya pada masyarakat yang dilaluinya tentang keberadaan gong tersebut. Akhirnya sampailah ia di suatu desa yang terletak di lereng Gunung Wilis. Salah satu penduduk desa tersebut, Mbah Jogonegoro, diberitakan mempunyai gong yang sangat ampuh dibandingkan gong-gong yang lain. Setelah orang tersebut berjumpa dengan Mbah Jogonegoro, ia menceritakan mimpi yang dialaminya. Mendengar cerita tersebut, Mbah Jogonegoro menjawab, “Saya juga mengalami mimpi yang sama seperti yang Anda maksud, hanya daerah yang akan diberi tumbal tidak jelas, mungkin ya daerah Anda itu”. Mbah Jogonegoro akhirnya merelakan gongnya untuk dijadikan tumbal, hanya saja ia berpesan, “Dalam perjalanan ke daerah yang akan diberi tumbal, gong ini jangan diangkut dengan alat/kendaraan apapun, kecuali dibawa oleh manusia dan daerah yang akan diberi tumbal hendaknya diberi nama sesuai dengan nama gong tersebut. Sedangkan pada waktu menanamkan supaya diarak oleh paling sedikit tujuh orang gadis, serta diadakan selamatan di tempat tersebut waktu menanamnya”. Maka kemudian daerah itu dinamakan Dukuh Bayan dan sekarang diambil luwesnya menjadi Bayanan.

Sesudah diberi tumbal, sumber air panas yang semula tersebar dimana–mana akhirnya tinggal beberapa saja yang besar dan mengalir dengan teratur. Kemudian di tempat mereka mengadakan selamatan tersebut dibangunlah sebuah rumah kecil dan sampai sekarang tempat tersebut dianggap keramat oleh penduduk setempat. Di tempat itu pula sering diadakan upacara adat yang diawali dengan selamatan / kenduri setiap habis panen pada hari Jum’at Legi. Sedangkan oleh Tuan Praul (pengusaha pabrik kopi di Pacet) sumber air yang besar dibuatkan pondasi permanen dengan ukuran kurang lebih 1,5 M2 yang sampai sekarang masih dapat dilihat pada dasar bak tandon air panas. Orang–orang yang sering mandi pada belik / sendang air panas itu merasakan bahwa gatal–gatal yang mereka derita (bubul – Jawa) dapat sembuh. Selain itu ketika mereka merasa lelah setelah seharian bekerja keras, mereka segera merasa segar kembali dengan mandi menggunakan air hangat tersebut. Maka banyak orang pada waktu itu yang menjadi percaya bahwa air tersebut mengandung khasiat yang bisa menyembuhkan penyakit, lalu orang menyebutnya “HYANG TIRTO NIRMOLO” atau air penyembuh penyakit, (hyang = yang menunggu, tirto = air, nirmolo = penyakit).Ternyata sampai sekarang banyak orang yang berdatangan ke tempat ini untuk memperoleh kesembuhan dari penyakit kulit, rematik, flu tulang, pusing–pusing, dan sebagainya. Selain itu ternyata mandi air panas baik pula untuk memulihkan kebugaran badan.

Penyelidikan Ilmiah
Melalui penyelidikan ilmiah diketahui bahwa panasnya air dan zat yang terkandung di dalamnya diduga berasal dari sentuhan magma (panas bumi) yang menyentuh sumber air tanah yang sangat dalam dan sampai terasa di permukaan sebagai sumber air panas. Panasnya air tepat pada sumbernya + 44 0C, dan setelah sampai permukaan di bak kamar mandi menjadi + 36 0C, sesuai dengan suhu badan manusia, sehingga akan terasa enak dan nyaman untuk mandi.Penyelidikan yang dilakukan oleh Balai Penyelidikan Dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta menunjukkan adanya banyak unsur/senyawa kimia yang terkandung dalam Sumber Air Panas Bayanan antara lain belerang (Sulfur).


INFORMASI UMUM

Lokasi Administratif
Pemandian Air Panas Bayanan ini terletak tepat di sebelah tenggara ibukota Kabupaten Sragen yaitu di Dusun Bayanan, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. Letak GeografisSecara geografis, Pemandian Air Panas Bayanan terletak sekitar 17 KM di sebelah tenggara ibukota Kabupaten Sragen atau 44 KM dari Kota Solo. Jarak tersebut bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun dengan angkutan umum. Dari pusat kota Sragen dapat ditempuh dengan Angkudes jurusan Bayanan – Sambirejo dengan rute : Sragen – Ngarum – Blimbing – Bayanan pp.

Sarana dan Prasarana Pendukung
Sarana dan prasarana pendukung pariwisata yang tersedia di Pemandian Air Panas Bayanan cukup memadai. Fasilitas-fasilitas umum yang tersedia di objek wisata ini antara lain WC umum, kamar mandi air panas, ruang ganti pakaian, jalan setapak, warung makan, tempat penginapan, toko kelontong, tempat parkir yang memadai, taman bermain anak, kolam renang, hutan wisata, ruang informasi, dan mushola.Kondisi jalan menuju ke ODTW Pemandian Air Panas Bayanan cukup baik berupa jalan aspal selebar ± 4 M. Lokasi objek wisata ini dapat dicapai melalui enam jalur yang berbeda. Jalur-jalur tersebut adalah sebagai berikut:
*Jalur 1 Sragen ­­– Ngarum – Sambirejo – Sambi – Bayanan
*Jalur 2 Banaran – Gondang – Sambi – Bayanan
*Jalur 3 Masaran – Jambangan – Batu Jamus – Kerjo – Sambirejo –Sambi - Bayanan
*Jalur 4 Karanganyar – Mojogedang – Batu Jamus – Kerjo – Sambirejo – Sambi – Bayanan
*Jalur 5 Magetan – Jogorogo – Ngrambe – Sine – Winong – Sambi – Bayanan
*Jalur 6 Karangpandan – Ngargoyoso – Jenawi – Sambirejo – Sambi – Bayanan

0 komentar:

Powered By Blogger

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP